Sore itu disudut sebuah kota. Ukil kecil dan Ayahnya berlari pelan-pelan menyusuri trotoar jalan yang ramai. Tak berapa lama kemudian terlihat ukil mulai kelelahan langkah kakinya mulai melambat. Nafasnya mulai tersenggal-senggal, mulutnya membuka dan menutup seakan-akan seperti ikan mas yang sedang mengambil nafas di permukaan air. Hingga akhirnya dia berhenti di tenggah jalan tak mampu lagi mengikuti irama derap langkah kaki ayahnya. Tanpa berhenti Sang Ayah tetap berlari pelan-pelan di tempat dan menyapa anaknya
"Kenapa nak??" tanya Sang Ayah
"Capek yah aku sudah tak kuat berlari lagi dada ini sesak rasanya!" jawab Si Ukil kecil sambil mengusap keringat yang membasahi seluruh badannya
"lho bukannya dari rumah tadi kamu semangat banget pengen ngalahin ayah? kemana semangatmu itu nak Sang Ayah pun tersenyum
Si Ukil pun nampak kesal dengan tubuh yang masih kecapekan dia tak menjawab perkataan ayahnya tadi. Apalagi melihat tingkah ayahnya yang tak berhenti berlari terasa seperti sebuah ejekan yang begitu kental.
sejurus kemudian sang ayah kembali berkata dan seakan memberikan titik terang kepada ukil kecil dan yang mungkin tak akan bisa dilupakan sepanjang hidupnya.
"Nak kalau berlari janganlah berhenti sebelum kau mencapai tujuanmu, walaupun capek berlarilah pelan-pelan itu lebih baik."
"Jika kau berhenti momentum untuk memulainya kembali akan jauh lebih berat."kata sang Ayah
Akhirnya si ukil keci pu termotivasi hari demi hari iya coba terapkan apa yang diucapkan Ayahnya tersebut bahkan akhirnya iya pun dapat melampaui sang Ayah.
Dari cerita pendek diatas dapat kita tarik point penting bahwa dalam hidup apabila kita telah menetukan suatu target kita harus konsekuen mencapainya.
walau secara perlahan-lahan, kita harus tabah menghadapi segala rintangan dan resiko hingga akhirnya berhasil. Apabila kita berhenti dan menyerah momentum untuk memulai sesuatu yang baru jauh lebih berat...
0 komentar:
Posting Komentar